Perihal seks masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan di masyarakat. Latar belakang budaya sering kali menjadi alasannya. Para orang tua pun kebanyakan memilih menghindar dari topik ini ketika bicara dengan anak. Padahal, edukasi seks sangatlah penting.
Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan pendidikan seks yang tepat dari keluarganya akan memiliki perilaku seks yang sehat di masa datang.
Edukasi seks juga mencegah anak dari tindakan yang tidak bertanggung jawab, mencegahnya anak menjadi korban “pedofilia”, serta memiliki kedekatan personal dengan orang tuanya.
Anak memiliki rasa ingin tahu
Pada dasarnya anak sudah memiliki rasa penasaran dan ketertarikan terhadap anggota tubuhnya sendiri, termasuk alat kelaminnya. Hanya saja mereka belum dapat mengutarakannya dengan jelas.
Peran orang tua adalah menjadi sumber informasi yang akurat sekaligus sahabat bagi anak, sehingga ia tahu kepada siapa ia harus bertanya, termasuk perihal seks.
Namun, harus diakui bahwa memberikan pendidikan seks pada anak memang tidak mudah. Sebagian besar orang tua merasa risih dan kikuk saat akan membicarakannya. Belum lagi, banyak orang tua yang tidak tahu sampai sebatas mana anak bisa memahami perihal seks dan seksualitas.
Berikan pendidikan seks sesuai usia
Meski demikian, jangan sampai kesulitan tersebut membuat Anda mengurungkan niat untuk memberikan edukasi seks pada buah hati. Dengan memahami tahapan perkembangan anak sesuai usianya, Anda dapat memberikan pendidikan seks yang tepat sesuai dengan usia anak.
Berikut adalah garis besar panduan pendidikan seks pada anak sesuai usianya:
● 0-2 tahun
Di usia ini anak menunjukkan ketertarikan akan anggota tubuhnya. Ajari anak nama-nama anggota tubuh, termasuk alat kelamin. Anda bisa melakukannya saat memandikan si Kecil.
Sebutkan dengan nama sebenarnya, bukan jargon atau sebutan lain. Misalnya, “Ini hidung adik, ini tangan adik, ini penis adik”. Hal tersebut bertujuan agar anak tidak merasa bingung, sehingga anak bisa memiliki pemahaman yang positif terhadap anggota tubuhnya.
● 3-5 tahun
Di usia ini, anak mulai mengerti adanya perbedaan jenis kelamin. Jelaskan dengan bahasa yang sederhana dan ringkas perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, anak yang sudah lebih besar umumnya akan mempertanyakan darimana asalnya bayi.
Anda dapat menjelaskan proses kehamilan secara sederhana, seperti “Sel sperma dari ayah dan sel telur dari ibu bertemu dan berkembang menjadi bayi yang tumbuh di rahim ibu. Hal itu bisa terjadi karena ayah dan ibu saling menyayangi”. Jangan lupa untuk menanamkan rasa malu pada anak saat tubuhnya terlihat di muka umum. Misalnya, ajari ia membuka pakaian di ruangan tertutup dan tidak keluar kamar mandi tanpa menggunakan handuk penutup.
Ingatkan anak berkali-kali bahwa anggota tubuhnya adalah miliknya, secara khusus area kemaluannya, sehingga tidak ada orang lain yang boleh menyentuhnya, kecuali dirinya sendiri dan orang tuanya.
● 6-8 tahun
Di usia ini, rasa ingin tahu anak umumnya akan semakin besar, khususnya mengenai aktivitas seksual dan pubertas. Anda bisa menjelaskan apa itu hubungan seksual antara pria dan wanita, tetapi penting untuk menekankan bahwa hal tersebut hanya boleh dilakukan oleh dua orang yang sudah dewasa dan menikah.
Awalnya Anda mungkin akan kaget saat mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut. Alih-alih merasa risih, segera jelaskan pada anak di usia ini untuk menghindari adanya mispersepsi.
● 9-12 tahun
Di usia ini umumnya anak akan memasuki masa pubertas. Anda bisa menjelaskan tanda-tanda pubertas baik pada wanita maupun pria, seperti tumbuhnya payudara dan pembesaran panggul pada anak perempuan atau pembesaran penis dan buah zakar pada anak laki-laki, serta tumbuhnya rambut kemaluan.
Sampaikan bahwa apa yang dialami anak adalah hal yang alamiah. Anda dapat gunakan buku berilustrasi untuk menjelaskan perubahan-perubahan tubuh tersebut.
Penting untuk diingat bahwa saat pubertas, terjadi perubahan berbagai hormon dan ini memengaruhi kondisi psikis dan emosi anak. Jadi, bangun komunikasi yang hangat dan akrab dengan anak.Selain itu, usahakan agar yang menjelaskan mengenai tanda pubertas pada anak perempuan adalah ibu, sementara anak laki-laki disampaikan oleh ayah. Dengan demikian, biasanya anak akan lebih terbuka.
● 12-18 tahun
Anak akan mengalami banyak perubahan, secara fisik maupun emosional. Seringkali anak juga jadi enggan untuk bercerita. Yang penting adalah orang tua selalu ada untuk anak dan bersikap terbuka terhadap mereka.
Ingatkan anak bahwa hubungan seksual hanya dapat dilakukan oleh dua orang yang sudah terikat dalam pernikahan dan bertanggung jawab atas dirinya. Saat menonton televisi bersama dan ada adegan kekerasan seksual, terangkan pada anak bahwa tindakan tersebut salah.
Masa ini adalah saatnya Anda mengingatkannya lagi akan nilai-nilai moral yang dianut dalam keluarga Anda.
Bagaimana, sudah siap memberikan edukasi seks pada buah hati? Ingat, pendidikan seks terbaik berawal dari keluarga yang hangat dan terbuka. Jangan sampai anak mendapat informasi yang salah karena orang tua yang enggan bicara topik seks dengannya.
SUMBER KLIKDOKTER.COM