Dibentuknya PPKI dan peranannya dalam proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia Dan Kekalahan Jepang dan kekosongan kekuasaan

Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dinyatakan bubar dan dibentuk PPKI. Tugas utama PPKI adalah yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. PPKI yang beranggotakan 12 orang tersebut diketahui oleh Ir Soekarno dan wakil Muhammad Hatta. Tugas utama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu sebagai berikut:
a. Menyelesaikannya dan mengesahkan rancangan undang-undang dasar yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI.
b. Ma musyawarahkan serta memutuskan cara pelaksanaan pemilu nyatakan kemerdekaan Indonesia pada saat nanti.

Dengan terbentuknya PPKI sebagai badan yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia maka bangsa Indonesia mempunyai badan pembentuk dan pendiri negara Republik Indonesia. Oleh sebab itu, pembentukan PPKI ini merupakan salah satu momentum politik menuju Indonesia merdeka sebagaimana yang telah dijanjikan oleh pemerintah penduduk Jepang. Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah proklamasi kemerdekaan , PPKI mengadakan sebuah sidang. Dalam sidang ini anggota PPKI ditambah 6 orang oleh pihak Indonesia lepas dari pengendalian Jepang, dan Dalam sidang tersebut maka pembukaan beserta batang tubuh UUD 1945 disahkan oleh PPKI.

Oleh sebab itu rumusan Pancasila dasar negara yang otentik adalah rumusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yaitu berbunyi sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kekalahan Jepang dan kekosongan kekuasaan

Kedudukan Jepang sendiri sejak bulan Juli 1944 semakin terdesak dan sulit untuk bertahan. Jepang di Asia Pasifik sudah sangat goyah oleh serangan sekutu. Berbagai rentetan sebuah peristiwa kekalahan Jepang memicu krisis di dalam negeri Jepang sendiri, sementara itu Perdana Menteri Koiso sempat memberi janji kemerdekaan pada negara Indonesia, kelak di kemudian hari, dalam pidatonya Tanggal 7 September 1944 strategi tersebut telah dilakukan dengan untuk bertujuan menarik simpati masyarakat Indonesia. Kedudukan Jepang sendiri pada waktu itu telah bertambah sangat sulit. Pasukan Amerika sendiri bertambah dekat ke negeri Jepang. Rusia juga memungkinkan perang dengan menyerang manchuria. Berita ini diketahui oleh Drs Muhammad Hatta dari seorang Perwira Jepang.

Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu nya Setelah Kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh Amerika Serikat. Berita penyerahan pasukan Jepang ini didengar oleh Syahrir dari siaran radio mereka. Kemudian Syahrir menyampaikan berita itu kepada Drs Muhammad Hatta yang meneruskan berita itu kepada Ir Soekarno.

Drs Muhammad Hatta dan Ir Soekarno ingin kepastian tentang penyerahan Jepang terhadap Indonesia. Lalu mereka menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk menanyakan kebenaran berita tersebut. Mida berkata"; mereka memang sudah menyiarkan berita tersebut tetapi pengumuman resmi dari Tokyo belum ada, berdasarkan jawaban tersebut yang telah disampaikan oleh Laksamana Maeda Muhammad Hatta bertambah yakin bahwa perang sudah berakhir dan Jepang Sudah mengaku kalah.

Pada tanggal 15 Agustus 1945 malam harinya, kelompok Pemuda tersebut mengadakan sebuah pertemuan di Pegangsaan Timur dan mengambil keputusan bahwa akan mengirim utusan untuk menghadap Presiden Ir Soekarno dan Drs Muhammad Hatta. Para Utusan pemuda yang dipimpin oleh istana segera menyampaikan sebuah pesan para pemuda serta mendesak Presiden Ir Soekarno dan dokter Muhammad Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan tersebut. Namun kedua tokoh yang baru kembali dari dalam itu menolak cara-cara yang ditempuh para pemuda dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas memelihara status quo sebelum sekutu harus datang ke Indonesia. Selain itu juga masalah kemerdekaan terlebih dahulu dibicarakan dalam rapat PPKI yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 1945. Perutusan Pemuda tersebut terpaksa pulang tanpa membawa hasil. Para Utusan kemudian kembali ke ruang rapat di asrama Menteng 31 mereka akhirnya sepakat untuk mengamankan Presiden Bung Karno dan Bung Hatta ke suatu tempat yang sangat jauh dari pengaruh Jepang.